Selasa, 17 Januari 2012

surveilans rabies


BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG

Penyakit merupakan perubahan yang mengganggu kondisi tubuh sebagai respon dari faktor lingkungan yang mungkin berupa nutrisi, kimia, biologi atau psikologi. Dalam hal ini lingkungan paling berpengaruh pada terjadinya penyakit.
Menurut Blum,(1974)ada 4 faktor yang mempengaruhi dejajat kesehatan seseorang  yaitu lingkungan (environment), perilaku (behavior),   pelayanan kesehatan  (health services) , keturunana (heredity).dalam laporan kami ini berhubungan dengan fenomena alam dan lingkungan. Sebab Seorang  tokoh di dunia kedokteran Hipokrates (460-377 SM) adalah tokoh yang pertama-tama berpendapat bahwa penyakit rabies  ada hubungannya dengan fenomena alam dan lingkungannya.
Rabies merupakan penyakit virus akut dari sistem saraf pusat yang mengenai semuamamalia dan ditularkan oleh sekresi yang terinfeksi biasanya saliva. Sebagian besarpemajanan terhadap rabies melalui gigitan binatang yang terinfeksi, tapi kadang aerosol virusatau proses pencernaan atau transplantasi jaringan yang terinfeksi dapat memulai prosespenyakit.
Virus yang menjadi penyebabnya adalah virus neurotropik, yang hanya dapatberkembang biak di dalam jaringan saraf. Dan ukurannya antara 100-150 milimikron. Virusini tahan terhadap kekeringan, akan tetapi mudah dimatikan dengan menggunakan antiseptic,sinar matahari langsung, pemanasan, dan radiasi dengan menggunakan sinar ultraviolet. Masa Inkubasi pada hewan sekitar 3-6 minggu setelah gigitan hewan rabies, sedangkan padamanusia tergantung dari parah tidaknya luka gigitan, jauh tidaknya luka dengan susunan sarafpusat, banyaknya saraf pada luka, jumlah virus yang masuk, serta jumlah luka gigitan.
Secara umum, penularan rabies terjadi diakibatkan infeksi karena gigitan binatang.Namun rabies juga dapat menular melalui beberapa cara antara lain melalui cakaran hewan,sekresi yang mengkontaminasi membrane mukosa, virus yang masuk melalui ronggapernapasan, dan transplantasi kornea. Virus rabies menyerang jaringan saraf, dan menyebarhingga system saraf pusat, dan dapat menyebabkan encephalomyelitis (radang yang mengenaiotak dan medulla spinalis).
Distribusi rabies tersebar di seluruh dunia dan hanya beberapa negara yang bebasrabies seperti Australia, sebagian besar Skandinavia, Inggris, Islandia, Yunani, Portugal,Uruguay, Chili, Papua Nugini, Brunai, Selandia Baru, Jepang, dan Taiwan. Di Indonesiasampai akhir tahun 1977 rabies tersebar di 20 provinsi dan 7 provinsi dinyatakan bebas rabiesadalah Bali, NTB, NTT, Maluku, Irian Jaya dan Kalimantan Barat. Data tahun 2001menunjukkan terdapat 7 provinsi yang bebas rabies adalah Jawa tengah, Jawa timur,Kalimantan Barat, Bali, NTB, Maluku dan Irian Jaya. Kematian karena infeksi virus rabies boleh dikatakan 100% bila virus sudah mencapaisistem saraf pusat. Dari tahun 1857 sampai tahun 1972 dari kepustakaan dilaporkan 10 pasienyang sembuh dari rabies namun sejak tahun 1972 hingga sekarang belum ada pasien rabiesyang dilaporkan hidup. Prognosis seringkali fatal karena sekali gejala rabies telah tampak hampir selalu kematian terjadi 2-3 hari sesudahnya sebagai akibat gagal nafas/henti jantungataupun paralisis generalisata. Berbagai penelitian dari tahun 1986 hingga 2000 yangmelibatkan lebih dari 800 kasus gigitan anjing pengidap rabies di negara endemis yang segeramendapat perawatan luka, pemberian VAR dan SAR, mendapatkan angka survival 100%.3
Tidak ada terapi untuk penderita yang sudah menunjukkan gejala rabies; penangananhanya berupa tindakan suportif dalam penanganan gagal jantung dan gagal nafas. Walaupuntindakan perawatan intensif umumnya dilakukan, hasilnya tidak menggembirakan. perawatanintensif hanyalah metode untuk memperpanjang dan bila mungkin menyelamatkan hiduppasien dengan mencegah komplikasi respirasi dan kardiovaskuler yang sering terjadi. Olehkarena itu diperlukan tindakan penanganan yang efektif dan efisien baik penangananprofilaksis pra pajanan maupun penanganan pasca pajanan. Sehingga akibat buruk akibatvirus ini dapat diminimalkan. Berbagai penelitian dari tahun 1986 hingga 2000 yangmelibatkan lebih dari 800 kasus gigitan anjing pengidap rabies di negara endemis yang segeramendapat perawatan luka, pemberian VAR dan SAR, mendapatkan angka survival 100%.Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010 hingga bulan Agustus, jumlah korban gigitan hewan penular 40.180 kasus dengan kematian 113 orang.
        Sampai saat ini di Bali sebanyak 119 orang meninggal karena terkena rabies, di Nias (Sumatera Utara) 26, dan di Pulau Larap (Kabupaten Maluku Tenggara Barat).Sejauh ini, terdapat 24 provinsi yang melaporkan kasus rabies di daerahnya dan hanya sembilan provinsi bebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat.
Rabies merupakan salah satu penyakit hewan tertua di dunia dan tidak diketahui kapan penyakit rabies masuk ke Indonesia, namun penyakit rabies pertamakali dilaporkan terjadi pada jaman penjajahan Belanda. Schorl pada tahun 1884, melaporkan penyakit rabies menyerang seekor kuda di Bekasi, Jawa Barat. Sedangkan kasus rabies pada seekor kerbau di daerah Bekasi dilaporkan Esser pada tahun 1889. Kemudian kasus rabies pada anjing di Tangerang dilaporkan oleh Penning pada tahun 1890.
Kasus rabies pada manusia dilaporkan oleh E.de Haan, menyerang seorang anak di desa Palimanan, Cirebon pada tahun 1894. Berdasarkan studi retrospektif, wabah rabies di Indonesia dimulai pada tahun 1884 di Jawa Barat; tahun 1953 di Jawa Tengah; Jawa Timur; Sumatera Barat, kemudian tahun 1956 di Sumatera Utara. Selanjutnya Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara tahun 1958; Sumatera Selatan tahun 1959; Lampung tahun 1969; Aceh tahun 1970; Jambi; DI Yogyakarta tahun 1971; DKI Jakarta; Bengkulu dan Sulawesi Tengah tahun 1972; Kalimantan Timur tahun 1974; Riau tahun 1975; Kalimantan Tengah tahun 1978 dan Kalimantan Selatan tahun 1981.
Sampai dengan tahun 2006 wilayah di Indonesia yang dinyatakan daerah bebas rabies yaitu Propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) kecuali Pulau Flores dan Lembata, Irian Jaya Barat dan Papua, pulau-pulau di sekitar Sumatera serta Pulau Jawa. Pulau Jawa dinyatakan bebas rabies oleh Pemerintah secara bertahap, yaitu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No 892/Kpts/TN/560/9/97 tanggal 9 September 1997, Jawa Timur, Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta dinyatakan bebas rabies diikuti tahun 2004, berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 566/Kpts/ PD/PD640/10/2004, DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat dinyatakan bebas rabies, sehingga dengan demikian P. Jawa dinyatakan bebas rabies.
Menko Kesra Agung Laksono berharap agar kasus ini benar-benar ditangani oleh pemerintah dan masyarakat. Antara pemerintah daerah juga harus bekerjasama, sehingga bila di satu daerah muncul kasus, segera bisa dibatasi oleh daerah lain.Lebih lanjut Menkes memaparkan, penanggulangan rabies harus komprehensif pada manusia dan hewan. Penanganan pada hewan, dalam hal ini anjing, dengan vaksinasi, eliminasi, dan pengebirian untuk mengendalikan populasi anjing guna tercapainya Indonesia Bebas rabies pada tahun 2020.
Rabies di Indonesia terutama disebabkan oleh gigitan anjing pembawa virus lyssa yang bersifat neurotrop. Virus ini menjalar melalui jaringan saraf menuju saraf sentral. Masa inkubasi tergantung pada daerah gigitan. Semakin dekat ke kepala, semakin pendek masa inkubasi.

Di Kota Baubau, sejauh ini masih terdapat 1 (satu) kasus penderita rabies, sedangkan kasus-kasus lainnya hanya sebatas sospek atau tersangka rabies.
  Di Puskesmas Katobengke penderita penyakit gigitan anjing tersangka rabies mulai mengalami penurunan setiap tahunnya yaitu mulai meunrun dari tahun 2008-2010. Hal ini menandakan bahwa upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak puskesmas telah mulai menggambarkan keberhasilan.

2.      TUJUAN PRAKTIKUM
2.1.  Tujuan umum
  Untuk mengetahui gambaran umum tentang penyakit rabies.

2.2.  Tujuan khusus
-    Untuk mengetahui pengertian penyakit rabies
-    Untuk mengetahui gejala, penularan, dan penatalaksanaan penyakit rabies
-    Untuk mengetahui distribusi penyakit gigitan anjing tersangka rabies menurut waktu, tempat, dan orang pada puskesmas katobengke kecamatan Betoambari.

3.   MANFAAT  PRAKTIKUM
1.      Bagi puskesmas
Sebagai informasi penting yang dapat di jadikan  sebagai penentu kebijakan.
2.   Bagi masyarakat
   Sebagai bahan masukan agar masyarakat lebih meningkatkan lagi kesehatannya.

3.   Bagi peneliti
   Untuk memperluas pengetahuan ,terutama  hal-hal yang berhubungan dengan penyakit rabies.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


1.      Tinjauan Umum Surveilans

Pada awalnya surveilans hanya berkaitan dengan penyakit yang mengancam jiwa manusia, sehingga yang menjadi perhatian yaitu pada kematian karena penyakit tertentu saja. Hal tersebut telah dilaksanakan di Eropa (1348) yang diperkenalkan oleh ”Black Death” yang dikenal dengan surveilans secara primitif. Kemudian disusul oleh John Graunt yaitu orang yang pertama kali mempelajari konsep jumlah dan pola penyakit secara epidemiologi. Dan yang berkembang sampai sekarang yaitu konsep surveilans monder yang dikemukakan oleh William Farr sehingga beluai dikenal dengan sebagai Bapak Surveilans modern.
Devinisi surveilans epidemiologi yang dikemukakan oleh Noor Nasry Noor bahwa survailans epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek tertentu baik keadaan maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangannnya.

Dalam surveilans terdapat kegiatan pokok yaitu pengumpulan data, kompilasi, pengolahan data, interpretasi data, analisis data, penarikan kesimpulan, serta peyebaran informasi. Sedangkan yang menjadi tujuan dalam surveilans ini yaitu untuk mengetahui distribusi geografis, penyakit-penyakit endemis dan penyakit-penyakit yang menimbulkan epidemi, mengetahui periodisitas suatu penyakit dan situasi penyakit-penyakit tertentu di seluruh wilayah.

1. Menurut WHO :
Surveilans adalah : Pengumpulan, pengolahan, analisis data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, serta desiminasi informasi tepat waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahui sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.(Last, 2001 dalam Bhisma Murti, 2003 )
2. Menurut Centers for Disease Control ( CDC ), 1996.
Surveilans adalah : Pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan desiminasi data secara tepat waktu kepada pihak – pihak yang perlu mengetahuinya.
3. Menurut Vaughan & Morrow :
Surveilans merupakan komponen penting dalam Manajemen Upaya Kesehatan Masyarakat, karena menyediakan input informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah – masalah yang sedang timbul serta mengevaluasi efektivitas tindakan pengendalian masalah lama. Penyediaan informasi ini memungkinkan otoritas kesehatan mengambil tindakan yang tepat dan cepat untuk pengendalian penyakit atau melakukan investigasi lebih mendalam.


2.      Tinjuan Pustaka Penyakit

Menurut Cunningham dan Saigo (2001), ”a disease is a deceterious change in the bodys coordition is response to an caviroemecital foctos that could be nutrition, checnical, biological or psychological”. Dengan kata lain, penyakit merupakan perubahan yang mengganggu kondisi tubuh sebagai respon dari faktor lingkungan yang mungkin berupa nutrisi, kimia, biologi atau psikologi.
5
 
Salah satu jenis penyakit karena pengaruh lingkungan yaitu rabies. Pengertian Rabies
Rabies adalah penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus, bersifat akut serta menyerang susunan syaraf pusat.

Hewan yang Dapat Menularkan Rabies kepada Manusia Semua hewan berdara panas dapat menularkan rabies. Anjing, kucing, dan kera/monyet di Indonesia berpotensi menularkan rabies kepada manusia. Lebih dari 90% kasus rabies pada manusia ditularkan oleh anjing. Oleh karena itu anjing menjadi objek utama kegiatan pemberantasan rabies.

Cara Penularan Rabies
Virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melalui  :
a.       Luka gigitan hewan penderita rabies
b.       Luka yang terkena air liur hewan atau manusia penderita rabies

Tanda-tanda Rabies
       
Tanda-tanda Rabies pada Hewan
Ada dua macam gejala rabies yaitu rabies ganas, rabies tenang, dan asisteonatis.
a.      Tanda-tanda Rabies Ganas
-    Tidak lagi menurut perintah pemilik
-    Air liur berlebihan
-    Hewam menjadi ganas menyerang atau menggigit apa saja yang ditemui dan ekor di lengkungan bawah perut di antara dua paha.
-    Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak timbul gejala atau paling lama 14 hari setelah penggigitan.


b.     Tanda-tanda Rabies Tenang
-       Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk
-       Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan tak terlihat
-       Kelumpuhan, tidak mampu menelan, mulut terbuka, air liur berlebihan
-       Kematian terjadi dalam waktu singkat.

c.    Asytomatis yaitu hewan tidak menunjukkan gejala sakit namun tiba-tiba mati.

         Tanda-tanda Penyakit Rabies pada Manusia
-       Pada manusia yang penting diperhatikan adalah riwayat gigitan dari hewan seperti anjing, kucing, dan kera.
-       Dilanjutkan dengan gejala-gejala nafsu makan hilang, sekit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual atau muntah-muntah
-       Adanya rasa panas (nyeri) pada tempat gigitan dan menjadi gugup.
-       Takut dengan air, suara keras, cahaya dan angin
-       Air liur dan air mata keluar berlebihan
-       Kejang-kejang disusul dengan kelumpuhan
-       Biasanya penderita akan meninggal 4-6 hari setelah gejala klinis atau tanda-tanda penyakit pertama timbul.



                    Tindakan Pencegahan Pemberantasan Rabies
-       Hindari kejadian penggigitan
-       Vaksinasi rabies pada anjing, kucing dan kera/monyet peliharaan secara teratur setiap tahun.
-       Memberantas, memusnahkan atau eliminasi anjing liar atau yang berkeliaran.
-       Dilakukan penangkapan anjing liar/berkeliaran di tempat umum selanjutnya dilakukan pembunuhan

Tindakan Penanganan Kasus Gigitan
Setiap penderita kasus gigitan oleh hewan penular rabies harus diduga   sebagai tersangka rabies, tindakan yang harus dilakukan adalah  :
a.       Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan:
-   Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit, keringkan dan diberi yodium tinture atau alcohol 70%
-    Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penanganan  lebih lanjut.
b.      Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian setempat.
c.       Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka hewan tersangka dinyatakan positif rabies.
d.      Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemiliknya.

Cara penanggulangan rabies
Untuk kegiatan pemberantasan dan penanggulangan rabies di butuhkan partisipasi masyarakat dalam bentuk :
a.          Memelihara anjing dan hewan lainnya dengan baik
b.         Vaksinasi rabies pada anjing,kucing dan kera /monyet peliharaan ke dinas peternakan/pertanian ,pos kesehatan hewan ataw dokter setempat.
c.          Membantu kegiatan pemusnahan anjing liar/berkeliaran.
d.         Mengurangi sumber makanan bagi anjing liar dengan cara tidak membuang sisa makanan ketempat terbuka.

Tata cara memelihara anjing yang benar
a.       Anjing sebaiknya di rantai
b.      Anjing yang di pelihara untuk kepentingan tertentu hendaknya di masikkan kedalam kandang khusus atau pekarangan rumah berpagar kuat supaya anjing tersebut dapat melaksanakan fungsinya dan tidak mengganggu orang lain misalnya pejalan kaik.
c.       Anjing di pelihara harus di beri makan dan perawatan kesehatan yang cukup supaya tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya seperti rabies.
d.      Anjing di vaksinasi secara teratur setahun sekali.
e.       Anjing liar yang tidak ada pemiliknya lebih baik di bunuh sehingga populasi
anjing tetep terbatas pada yang di perlukan saja.

Tanda-tanda Penyakit Rabies pada Manusia
a.     Pada manusia yang penting diperhatikan adalah riwayat gigitan dari hewan seperti anjing, kucing, dan kera.
b.     Dilanjutkan dengan gejala-gejala nafsu makan hilang, sekit kepala, tidak bisa tidur, demam tinggi, mual atau muntah-muntah
c.       Adanya rasa panas (nyeri) pada tempat gigitan dan menjadi gugup.
d.      Takut dengan air, suara keras, cahaya dan angin

Lowchat Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies
 




























BAB III
METODE PRATIKUM


1.      Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan pengambilan data bertempat di Puskesmas Katobengke, pada tanggal 4   Meil 2011.

2.      Peserta
Peserta pengambilan data adalah kelompok I mata kuliah survailance yang berjumlah 8 orang.

3.      Jenis dan Sumber Data
3.1  Jenis Data
3.1.1  Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung pada orang yang terlibat secara langsung dari pada lokasi kejadian.
3.1.2  Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari institusi-institusi seperti puskesmas, rumah sakit dan Dinas Kesehatan.

3.2  Sumber Data
Data bersumber dari puskesmas atau instansi kesehatan yang merupakan data sekunder.

4.      Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang langsung diambil dari buku register puskesmas.

5.      Pengolahan Data
Data diolah secara manual dan dikelompokkan menurut waktu,tempat dan  orang.

6.      Analisis Data
Data dianalisis menurut waktu, menurut tempat (lokasi kejadian)dan menurut orang yang terdiri dari  jenis kelamin dan umur.

7.  Definisi Operasional

        Pengertian dari Penyakit anjing gila atau yang dikenal dengan penyakit Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit anjing gila ini mempunyai sifat zoonotik yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan pada manusia. penyakit anjing gila atau rabies ini bisa menular kepada manusia melalui gigitan.
Asal kata rabies berasal dari bahasa Sansekerta kuno, yaitu rabhas yang artinya melakukan kekerasan/kejahatan. Dalam bahasa Yunani, rabies disebut Lyssa atau Lytaa yang artinya kegilaan. Dalam bahasa Jerman, rabies disebut tollwut yang berasal dari bahasa Indojerman Dhvar yang artinya merusak dan wut yang artinya marah. Dalam bahasa Prancis, rabies disebut rage berasal dari kata benda robere yang artinya menjadi gila. Jika seseorang digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi. Satu-satunya uji yang menghasilkan keakuratan 100% terhadap adanya virus rabies adalah dengan uji antibodi fluoresensi langsung (direct fluorescent antibody test / dFAT) pada jaringan otak hewan yang terinfeksi. Uji ini telah digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam diagnosis rabies. Prinsipnya adalah ikatan antara antigen rabies dan antibodi spesifik yang telah dilabel dengan senyawa fluoresens yang akan berpendar sehingga memudahkan deteksi. Namun, kelemahannya adalah subjek uji harus disuntik mati terlebih dahulu (eutanasia) sehingga tidak dapat digunakan terhadap manusia. Akan tetapi, uji serupa tetap dapat dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, atau air liur penderita walaupun tidak memberikan keakuratan 100%. Selain itu, diagnosis dapat juga dilakukan dengan biopsi kulit leher atau sel epitel kornea mata walaupun hasilnya tidak terlalu tepat sehingga nantinya akan dilakukan kembali post mortem diagnosis setelah hewan atau manusia yang terinfeksi meninggal.
Virus rabies yang terdapat pada air liur hewan yang terinfeksi, menularkan kepada hewan lainnya atau manusia melalui gigitan atau melalui jilatan pada kulit yang tidak utuh . Virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan tempat mereka berkembangbiak dengan kecepatan 3mm / jam. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Pada 20% penderita, rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.
Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh karena itu penderita rabies tidak dapat minum, gejala ini disebut hidrofobia (takut air). Lama-kelamaan akan terjadi kelumpuhan pada seluruh tubuh, termasuk pada otot-otot pernafasan sehingga menyebabkan depresi pernafasan yang dapat mengakibatkan kematian.


12
 
BAB IV
H A S I L

1.      Gambaran Umum Puskesmas Katobengke

1.1     Letak Geografis
Puskesmas Katobengke berlokasi pada Kelurahan Katobengke Kecamatan Betoambari Kota Bau-Bau, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Wilayah kerja puskesmas Katobengke awalnya ada 5 kelurahan yaitu Waborobo, Tanganapada, Lipu, Sulaa dan Katobengke. Namun sekarang tinggal 3 kelurahan yang menjadi wilayah kerjanya yaitu Lipu, Sulaa dan Katobengke.
Adapun batasan-batasan wilayah kerja dari puskesmas Katobengke yaitu:
-          Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanganapada
-          Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sulaa
-          Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bone-Bone
-          Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Badia.

1.2     Sosial Ekonomi

Mata pencaharian Penduduk wilayah kerja puskesmas Katobengke umumnya sebagai:
-          PNS
-          Pedagang
-          Petani


2.      Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku register puskesmas Katobengke.

3.     
12
 
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah secara manual dan dianalisis menurut waktu yang merupakan saat kejadian , tempat yang menjadi lokasi kejadian dari penderita gigitan anjing tersangka rabies yang dirawat pada puskesmas Katobengke dan menurut orang yang terdiri dari jenis kelamin dan umur.


4.      Distribusi Penyakit Menurut Waktu

Tabel 4.1
Distribusi Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies Menurut Waktu
Di puskesmas katobengke Kec.Betoambari
Dari Tahun 2006 s/d 2010

Tahun
Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies
F
%
Di VAR
%
Tdk di VAR
%
2006
2007
2008
2009
2010
11
5
2
1
2
52,38
23,80
9,52
4,76
9,52
7
14
10
5
2
18,42
36,84
26,31
13,15
5,26
18
19
12
6
4
30,50
32,20
20,33
10,16
6,77
Jumlah
21
100
38
100
59
100
Sumber data sekunder 2006 s.d. 2010
                          
Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 terjadi peningkatan kasus dengan persentase 32.20 %  dibandingkan dengan tahun – tahun lain.












Grafik  4.1
Distribusi Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies Menurut Waktu  
Di puskesmas katobengke Kec.Betoambari
Dari Tahun 2006 s/d 2010
                                                    
Dari Grafik diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 terjadi peningkatan kasus dengan persentase 32.20 %  dibandingkan dengan tahun – tahun lain.


5.      Distribusi Penyakit Menurut Tempat


Tabel 5.1
Distribusi Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies Menurut Tempat
Di puskesmas katobengke Kec.Betoambari
Dari Tahun 2006 s/d 2010
Kelurahan
Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies
F
%
Di VAR
%
Tdk di VAR
%
Tanganapada
Katobengke
Lipu
Sulaa
Waborobo
2
9
8
2
-
9,52
42,85
38,09
9,52
-
1
11
18
5
3
2,63
28,94
47,36
13,15
7,89
3
20
26
7
3
5,08
33’89
44,06
11,86
5,08
Jumlah
21
100
38
100
59
100
Sumber ; Data Sekunder , Puskesmas Katobengke

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa pada Kelurahan Lipu merupakan tempat tertinggi terjadinya kasus gigitan anjing tersangka rabies dengan persentase   44.06 %  dibandingkan dengan kelurahan lainnya.









Grafik 5.1
Distribusi Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies Menurut tempat
Di puskesmas katobengke Kec.Betoambari
Dari Tahun 2006 s/d 2010


Dari  diagram  diatas dapat diketahui bahwa pada Kelurahan Lipu merupakan tempat tertinggi terjadinya kasus gigitan anjing tersangka rabies dengan persentase   44.06 %  dibandingkan dengan kelurahan lainnya.



6.      Distribusi Penyakit Menurut Orang

Tabel 6.1
Distribusi Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies Menurut Umur
Di puskesmas katobengke Kec.Betoambari
Dari Tahun 2006 s/d 2010

Tahun
Penyakit Gigitan Anjing Tersangka Rabies
F
%
Di VAR
%
Tdk di VAR
%
1-5
6-10
11-15
16-20
21-25
26-30
31-35
36-40
41-45
46-50
51-55
56-60
61-65
66-70
4
4
1
1
1
2
2
1
-
-
3
1
-
1
19,04
19,04
4,76
4,76
4,76
9,52
9,52
4,76
-
-
14,28
4,76
-
4,76
6
5
2
1
4
-
2
4
4
1
1
4
-
4
15,78
13,15
5,26
2,63
10,52
-
5,26
10,52
10,52
2,63
2,63
10,52
-
10,52
10
9
3
2
5
2
4
5
4
1
4
5
-
5
16,94
15,25
5,08
3,38
8,47
3,38
6,77
8,47
6,77
1,69
6,77
8,47
-
8,47
Jumlah
21
100
38
100
59
100

Tidak ada komentar:

Posting Komentar